Hai semuanya!
Setelah mecari inspirasi selama 7 hari 7 malam (boong), aku akhirnya mendapat ilham. Aku akan membuat batik dengan motif seperti virus dan bakteri!
loh? maksudnya gimana sih?
Coba lihat foto-foto di bawah ini.
Foto diatas jadi referensiku buat bikin desain batiknya. Iya aku tau, motif batik itu biasanya berupa bunga-bunga, hewan gitu, kan? Namun, apa salahnya aku bikin dari virus? Hasilnya juga gak jauh beda sama batik biasanya.
Ini penampakan batik buatanku yang sedang dikeringkan.
Aku gak tau dari sekian banyak referensi kenapa aku malah menggambar seperti itu ha ha ... Aku memang tak begitu bisa mengaplikasikan imajinasiku dengan tanganku. Akan tetapi, dengan adanya tugas bikin batik ini, aku sadar membuat batik itu susahnya minta ampun (persis seperti dugaanku). Cari ide desainnya berhari-hari, aku bahkan pernah baca orang jaman dulu ketika mereka akan membuat batik, mereka harus "bertapa" terlebih dulu agar hasil batik mereka penuh filosofi dan cita rasa seni. Selain itu, menorehkan lilin batik di kainnya harus hati hati dan sangat tidak mudah guys. Aku tidak terlalu suka bau lilin khusus batik (malam), campuran garamnya sungguh menyiksa hidungku. Aku disuruh memakai naptol oleh guruku (semacam pewarna tekstil, katanya biasa dipake buat nge-batik). Kan naptol ada 2 bahan, pewarna sama garamnya, baru kelihatan warnanya kalau kedua bahan itu dicampur. Caranya, ambil 2 baskom kemudian taruh garam dan pewarna itu di masing masing baskom yang berbeda. Baskom berisi garam dicampur air hangat dan baskom berisi pewarna dicampur air biasa. Cara membedakan pewarna sama garam, garam itu ada butiran kasarnya. yang halus berarti itu pewarna.
Setelah semua penderitaan itu, akhirnya batikku selesai dan aku rendam ke air panas yang sudah dicampur dengan obat pelarut malam. Kemudian, aku gantung dan angin-anginin kayak yg di foto itu,
Cukup tau aku susahnya nge-batik, pantes saja batik mahal, ya. Guruku ketawa denger ceritaku dan beliau bilang, "udah ya nak, kalau beli batik nawarnya ga usah rendah-rendah, tau sendiri kan susahnya nge-batik?"
Pelajaran juga buat kalian biar kalian agar tidak menawar harga batik lagi dan gak ngeluh saat dikasih tugas membatik karena batik perlu banget untuk dilestarikan. Kalau bukan kita, siapa lagi?
Tips tambahan: kalian bisa cari referensi motif batik dengan tema biologi lainnya, seperti organ, jaringan, sel pada manusia, dll. Contohnya nih, kayak gambar otot polos, otot jantung, otot lurik, gitu-gitu ...
Sekian tips dariku, semoga bermanfaat!
Di kesempatan kali ini aku mau berbagi ideku ketika masih kelas 8 SMP dulu. Saat itu, aku mendapat tugas untuk membuat batik tulis. Padahal kala itu, aku paling anti sama yang namanya bikin-bikin sesuatu khususnya membatik. Dalam benakku, membuat batik butuh effort yang luar biasa. Aku yang tidak sabaran, rasanya tidak mampu untuk duduk berlama-lama, dengan teliti dan penuh ketelatenan melukiskan gambar pada sebuah kain mori. Akan tetapi, mau bagaimana lagi? Ini sudah tugasku, mau tidak mau harus aku kerjakan, kan? Aku pun mencari ide gimana caranya aku bisa bikin batik yang simple tapi cukup memiliki nilai artistik.
Setelah mecari inspirasi selama 7 hari 7 malam (boong), aku akhirnya mendapat ilham. Aku akan membuat batik dengan motif seperti virus dan bakteri!
loh? maksudnya gimana sih?
Coba lihat foto-foto di bawah ini.
Foto diatas jadi referensiku buat bikin desain batiknya. Iya aku tau, motif batik itu biasanya berupa bunga-bunga, hewan gitu, kan? Namun, apa salahnya aku bikin dari virus? Hasilnya juga gak jauh beda sama batik biasanya.
Aku gak tau dari sekian banyak referensi kenapa aku malah menggambar seperti itu ha ha ... Aku memang tak begitu bisa mengaplikasikan imajinasiku dengan tanganku. Akan tetapi, dengan adanya tugas bikin batik ini, aku sadar membuat batik itu susahnya minta ampun (persis seperti dugaanku). Cari ide desainnya berhari-hari, aku bahkan pernah baca orang jaman dulu ketika mereka akan membuat batik, mereka harus "bertapa" terlebih dulu agar hasil batik mereka penuh filosofi dan cita rasa seni. Selain itu, menorehkan lilin batik di kainnya harus hati hati dan sangat tidak mudah guys. Aku tidak terlalu suka bau lilin khusus batik (malam), campuran garamnya sungguh menyiksa hidungku. Aku disuruh memakai naptol oleh guruku (semacam pewarna tekstil, katanya biasa dipake buat nge-batik). Kan naptol ada 2 bahan, pewarna sama garamnya, baru kelihatan warnanya kalau kedua bahan itu dicampur. Caranya, ambil 2 baskom kemudian taruh garam dan pewarna itu di masing masing baskom yang berbeda. Baskom berisi garam dicampur air hangat dan baskom berisi pewarna dicampur air biasa. Cara membedakan pewarna sama garam, garam itu ada butiran kasarnya. yang halus berarti itu pewarna.
Bagiku, bau garamnya seperti menusuk-nusuk hidugku sampai ke bronkus. Ya, itu hanya hiperbola, aku setrauma itu dengan baunya dan masih ingat sampe sekarang. Oh ya, jangan lupa, kalian juga harus beli canting berkualitas dan gak suka bocor. Usahakan cari canting yang ukuran lubangnya sesuai dengan desain batik kalian. Kalau batik kalian desainnya detail dan kecil-kecil, carilah canting yang lubangnya juga kecil. Batikku hancur gara-gara cantingnya bocor dan malamnya selalu meluber ke mana-mana ha ha ...
Setelah semua penderitaan itu, akhirnya batikku selesai dan aku rendam ke air panas yang sudah dicampur dengan obat pelarut malam. Kemudian, aku gantung dan angin-anginin kayak yg di foto itu,
Cukup tau aku susahnya nge-batik, pantes saja batik mahal, ya. Guruku ketawa denger ceritaku dan beliau bilang, "udah ya nak, kalau beli batik nawarnya ga usah rendah-rendah, tau sendiri kan susahnya nge-batik?"
Pelajaran juga buat kalian biar kalian agar tidak menawar harga batik lagi dan gak ngeluh saat dikasih tugas membatik karena batik perlu banget untuk dilestarikan. Kalau bukan kita, siapa lagi?
Tips tambahan: kalian bisa cari referensi motif batik dengan tema biologi lainnya, seperti organ, jaringan, sel pada manusia, dll. Contohnya nih, kayak gambar otot polos, otot jantung, otot lurik, gitu-gitu ...
Sekian tips dariku, semoga bermanfaat!
Komentar
Posting Komentar