Climate Change in a VUCA World

Isu yang sedang hangat dan tak henti-hentinya dibicarakan di abad ke-20 ini tidak lain dan tidak bukan adalah perubahan iklim global. Isu ini terus-menerus dibahas, mungkin sejak Anda masih SD sampai detik Anda membaca artikel saya, perubahan iklim masih terus menjadi persoalan. Pernahkah Anda bertanya, apa yang akan diakibatkan oleh perubahan iklim dua minggu lagi atau satu tahun lagi? Bisakah kita menerka kapan el nino ataupun kekeringan akan terjadi? Bisakah kita mengetahui seluruh dampak perubahan iklim? Tidakkah ada satu solusi pasti untuk bisa mengatasinya dan kapan kita akan benar-benar terbebas dari masalah ini?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya akan bergaung dalam pikiran kita karena kita tidak bisa menemukan jawabannya. Kita tidak bisa merancang dengan pasti kapan salah satu dampak dari perubahan iklim akan menimpa kita, apa saja yang akan terdampak, dan apa solusi untuk mengatasi perubahan iklim global ini. Kita hanya bisa merancang kemungkinan-kemungkinan, tetapi suatu kemungkinan pada hakikatnya hanyalah satu dari ribuan kejadian yang mungkin terjadi. Kita tidak bisa menarik satu garis pasti tentang perubahan iklim ini.

Ketidaktahuan dan ketidakpastian tersebut dijelaskan dalam konsep VUCA. VUCA adalah sebuah istilah yang dipakai untuk menggambarkan keadaan yang volatility (berubah-ubah), uncertainty (tidak pasti), complexity (kompleks), dan ambiguity (tidak jelas). Iklim terus berubah-ubah tanpa bisa kita prediksi. Kebakaran hutan, banjir, dan kekeringan datang silih berganti tanpa bisa diduga. Tahun 2019, Badan dan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat total luas hutan dan lahan yang terbakar di seluruh Indonesia sepanjang Januari hingga Agustus mencapai 328.724 hektare. Di wilayah lain, misalnya Jakarta, terjadi banjir di awal tahun 2020 akibat hujan yang tak berhenti selama satu hari penuh. Perlu diketahui bahwa, hujan lebat yang turun pada 1 Januari 2020 tersebut merupakan rekor baru curah hujan tertinggi sejak tahun 1866. Alam begitu cepat berubah dan menjadi lebih ekstrem dari biasanya. Inilah yang disebut dengan Volatility

Keadaan yang berubah-ubah atau tidak stabil dapat menyebabkan dampak yang beragam. Ketidakpastian datangnya bencana menyebabkan manusia tidak bisa cukup mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Teknologi tidak cukup membantu manusia meramal masa depan iklim kita. Tentu saja, para ilmuwan telah membuat model tentang apa yang akan terjadi beberapa tahun mendatang atas dampak dari perubahan iklim ini. Namun, apa yang diproyeksikan oleh perhitungan ilmiah juga tidak pasti. Contoh yang bagus untuk hal ini adalah tulisan Richards Black dalam blog BBC. Tulisan tersebut membahas jurnal baru yang dipublikasikan oleh Valentina Radic dan Regine Hock di Nature Geoscience tentang gletser. Beragam komputer program berusaha menghitung pertambahan kenaikan air laut akibat mencairnya gletser, program-program tersebut memiliki hasil yang cukup berbeda. Proyeksi mereka terhadap berapa banyak gletser yang akan mencair juga memiliki perbedaan yang signifikan. Masih ada ketidakpastian besar tentang perubahan iklim ini, memenuhi salah satu konsep VUCA selanjutnya yaitu Uncertainty

Complexity dari perubahan iklim tentunya sudah tidak diragukan lagi. Fakta bahwa isu ini masih didebatkan sampai sekarang menunjukkan bahwa masalah perubahan iklim ini bukan hal yang sederhana. Anda mungkin pernah membaca beberapa sebab terjadinya perubahan iklim global, tetapi apakah itu sudah mencakup seluruh penyebabnya? Ada banyak sekali penyebab perubahan iklim. Bukan hanya gas emisi dari kendaraan bermotor ataupun penggunaan Air Conditioner yang ber-CFC sebagai penyebab perubahan iklim, tetapi sapi yang buang gas juga berkontribusi pada perubahan iklim di bumi. Seperti yang dilansir National Geographic, gas metana yang dihasilkan oleh kentut sapi menyumbang 40% kadar metana untuk atmosfer setiap tahunnya. Setiap tahun pula, angka peternakan sapi semakin bertambah seiring makin banyaknya permintaan atas produk susu dan keju sehingga angka 40% tersebut bisa saja terus bertambah.

Semua perubahan, ketidakpastian, dan kompleksitas dari masalah perubahan iklim ini menghasilkan ketidakjelasan (ambiguity). PBB telah membuat sebuah perjanjian dengan beberapa negara dalam Perjanjian Paris untuk mengatasi masalah perubahan iklim ini. PBB membuat target ambisius dengan menargetkan kenaikan temperatur global tidak lebih dari 2 persen dalam abad ini. Namun, Tim Editor Ensiklopedia Britannia menyebutkan, otoritas China mengumumkan bahwa mereka membuat langkah besar dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, tercatat bahwa China telah memenuhi komitmen untuk tahun 2020-nya pada tahun 2017. Sebaliknya, pejabat Uni Eropa mengumumkan pada 2018 bahwa semua negara anggota telah tertinggal dalam mencapai target mereka; Swedia, Portugal, dan Prancis telah membuat kemajuan paling besar, masing-masing mencapai 77 persen, 66 persen, dan 65 persen dari target tahun 2020 mereka pada tahun 2018. Kemajuan AS kurang jelas. Beberapa laporan mencatat bahwa perubahan dalam kebijakan iklim AS menghalangi negara untuk memenuhi tujuan iklimnya, sedangkan yang lain berpendapat bahwa banyak kota dan negara bagian AS telah memberlakukan peraturan gas rumah kaca yang lebih ketat yang memungkinkan negara bagian untuk tetap berada di jalurnya.

Terlepas dari laporan tersebut, sejumlah organisasi penelitian internasional mencatat bahwa emisi karbon terus meningkat. Grup Rhodium mencatat bahwa emisi AS telah meningkat 3,4 persen pada tahun 2018, sedangkan Proyek Karbon Global melaporkan bahwa emisi karbon di seluruh dunia, yang sebagian besar tidak berubah dari 2014 hingga 2016, telah meningkat masing-masing sebesar 1,6 persen dan 2,7 persen pada tahun 2017 dan 2018. Apa yang sebenarnya menyebabkan masih meningkatnya emisi karbon ini masih tidak jelas. 

Sains telah sedikit membantu kita menjelaskan yang tidak jelas. Namun, kita hidup di dunia yang VUCA. Apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapi dunia VUCA ini dan kemudian mengatasi perubahan iklim itu sendiri?

Pertama, kita harus memiliki mindset yang tepat, kuatkan hati dan tenangkan pikiran saat dihadapkan dengan situasi yang tidak menentu. Kedua, beradaptasi. Seperti yang telah dilakukan manusia selama ribuan tahun, beradaptasi atas dunia yang berubah-ubah ini menjadi kunci. We have to adapt to change, observe the situation, and face it. Menghadapi dunia yang VUCA mengharuskan kita untuk mengambil risiko di atas ketidakpastian yang ada. Kita tidak mungkin menunggu semuanya jelas dulu untuk mengambil keputusan. Jalan keluarnya adalah dengan mengalkulasikan semua risiko yang ada, lalu pilih keputusan mana yang menghasilkan risiko yang lebih kecil. Keputusan di dunia VUCA juga haruslah keputusan yang fleksibel. Keputusan tersebut harus terus menyesuaikan dengan keadaan yang ada. 

Inilah tantangan bagi kita, masa depan iklim dunia disuguhkan pada kita dalam bentuk ketidakpastian masa sekarang. Strategi ketiga untuk mengatasi perubahan iklim di dunia yang VUCA adalah dengan berkolaborasi. Tantangan ini tidak hanya bisa diselesaikan oleh saya, Anda, ataupun mereka, tetapi oleh kita.


References

#TantanganMasaDepan #DuniaVUCA #OSKMITB2020 #TerangKembali

Komentar