Dampak Teknologi sebagai Tantangan Masa Depan

Pandemi Covid-19 mengakibatkan berbagai dampak bagi masyarakat Indonesia, salah satunya adalah di bidang pendidikan. Sejak Mei 2020, sekolah ditutup dan siswa diminta untuk belajar dari rumah. Implementasi pembelajaran jarak jauh ini mengalami banyak kendala bagi siswa SD. Siswa SD masih belum tahu cara mengoperasikan gawai mereka untuk bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh. Beberapa orang tua anak tersebut juga harus bekerja sehingga tidak bisa mendampingi anak mereka. Sekalipun mereka memiliki orang tua yang bisa hadir menemani mereka, tak jarang bahkan orang tua mereka juga tidak tahu cara mengoperasikan gawainya. 


Dari 4 siswa SD di Dusun Asemmanis, Pamekasan, Jawa Timur, mereka berkata bahwa sekolah jarang memberi pembelajaran menggunakan Platform video meeting seperti Zoom dan Google Meet. Mereka hanya mendapat tugas untuk dikerjakan sednagkan materinya harus mereka baca sendiri. Satu anak mendapat video pembelajaran disertai dengan tugas. Hal ini menjadi masalah karena absennya penjelasan guru dari proses pembelajaran menyebabkan siswa tidak betul-betul mengerti materiyang diajarkan. Empat anak SD tadi mengaku bahwa mereka hanya mengerjakan tugas agar nilai rapor mereka aman tanpa mengerti betul materi yang sedang mereka pelajari. Akhirnya, mereka sekolah hanya sekedar mengerjakan tugas saja, bukan untuk mendapat ilmu. 


Tidak ada yang tahu kapan pandemi akan berakhir. Saat penambahan jumlah infeksi per hari menurun, sekolah dibuka kembali tetapi hanya beberapa jam saja. Selain itu, sekolah dibuka selang-seling, bukan setiap hari. Ketika jumlah infeksi per hari naik lagi, sekolah pun ikut ditutup. Kita tidak bisa menyalahkan ditutupnya sekolah karena hal itu dilakukan untuk menjaga anak-anak agar tidak terinfeksi juga. Yang menjadi masalah adalah sistem pembelajaran saat di rumah itu sendiri. Sungguh sebuah ironi saat 4 anak SD yang diamati ternyata pandai sekali menggunakan gawai mereka untuk menonton Youtube dan bermain game, tetapi tidak tahu caranya menggunakan platfrom video meeting. Mereka hanya belum diajari dan memang tidak ada tuntutan bagi mereka untuk belajar hal tersebut. Bukankah mereka hanya diberi tugas?


Seperti namanya, sekolah dasar adalah tempat siswa untuk mempelajari dasar ilmu yang akan menjadi pondasi ilmu mereka di tingkat selanjutnya. Jika pendidikan dibayangkan sebagai pembangunan rumah, apabila pondasi rumah yang dibangun buruk, tiang-tiang bahkan atap tidak akan berdiri dengan baik. Hasilnya, rumah yang sudah dibangun susah-susah selama 12 tahun bisa roboh. Padahal, rumah itu diharapkan bisa menjadi penopang bangsa bahkan menjadi pemimpin bangsa di generasi selanjutnya. 


Peran mahasiswa saat menghadapi masalah ini adalah memperbaiki sistem pendidikan anak sekolah dasar. Akan tetapi, peran ini tidak terdengar realistis. Tidak semua kepala sekolah akan setuju dengan diadakannya pembelajaran melalui platfrom video meeting karena akan menyusahkan guru dan juga murid yang tidak memiliki gawai yang mumpuni untuk mengakses video meeting. Bukan hanya masalah itu, sekolah juga harus menyediakan lebih banyak kuota internet untuk setiap siswanya. Alasan-alasan tersebut cukup logis untuk dilontarkan oleh sekolah dan akan sulit untuk mengubah pandangan mereka karena ini juga termasuk pada isu struktural yang ada pada sistem pendidikan kita saat ini.


Peran yang lebih realistis adalah dengan melakukan pendekatan pada siswa itu sendiri. Mahasiswa bisa menawarkan pada mereka berbagai aplikasi belajar online seperti Rumah Belajar dari Kemdikbud, Ruang Guru, Zenius, dan lain-lain. Mahasiswa juga bisa mengajarkan pada mereka bagaimana cara mengakses video pembelajarannya dan bagaimana cara berlatih soal di aplikasi-aplikasi tersebut. Mahasiswa dapat meminta kerja sama orang tua mereka untuk mengecek apakah anak mereka sudah belajar melalui aplikasi tersebut? Orang tua dapat memberi target setiap harinya tentang berapa video pembelajaran yang harus ditonton dan berapa latihan soal yang dikerjakan dalam satu harinya serta memberi mereka reward saat mereka berhasil mencapai target mereka. 


Peran ini didukung oleh potensi mahasiswa yang sudah pernah menggunakan aplikasi belajar online untuk mengikuti tes masuk universitas. Aplikasi belajar online sangat membantu untuk belajar bahkan mungkin lebih membanti daripada sekolah formal. Dengan memosisikan mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat, mahasiswa bisa melakukan perannya untuk memberikan penyuluhan pada orang tua siswa dan siswa SD itu sendiri tentang opsi lain untuk belajar. Kabar baiknya, ada beberapa aplikasi yang bisa diakses secara gratis sehingga orang tua tidak akan masalah dengan tawaran ini. Syukur-syukur apabila orang tua mau membayar untuk mengakses konten premium dari aplikasi belajar tersebut demi anaknya. Dengan begitu, siswa bisa menyikapi pandemi ini dengan menjadi lebih adaptif dan memanfaatkan teknologi untuk menyelamatkan masa depan bangsa. 


#TugasMasDep

#KATITB2021


Komentar